Kaligrafi: Warisan Seni dan Ilmu Islam

H. 1440 / M. 2018-2019 Hüsn-i Hat (Celi Sülüs) -https://ketebe.org/en/artwork/5061?ref=artworks
Kaligrafi Arab, atau yang dikenal dengan “khat” dalam bahasa Arab, merupakan salah satu warisan seni Islam yang sangat bernilai tinggi dan dihormati. Sejak awal perkembangan Islam, kaligrafi telah memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran Islam, terutama melalui kodifikasi al-Qur’an
Apa itu kaligrafi Arab?
Sebelum kita membahas lebih dalam lagi tentang kaligrafi Arab, perlu kita pahami terlebih dahulu apa itu kaligrafi Arab, istilah “kaligrafi” sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni kallios (indah) dan graph (tulisan). Kaligrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara dan pola penulisan huruf Arab dengan kemampuan jari dalam menggunakan pena untuk menghasilkan tulisan yang indah
Sejarah Perkembangan Kaligrafi
Masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah SAW hingga masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, aksara Arab yang digunakan masih bersifat sederhana dan belum memiliki standar bentuk baku. Tulisan ini banyak ditemukan pada berbagai media tradisional seperti pelepah kurma, kulit binatang, dan tulang-belulang. Pada abad ke-7 M, bersamaan dengan turunnya wahyu al-Qur’an, umat Islam mulai terdorong utnuk merapikan dan menata sistem penulisan huruf Arab guna menjaga keaslian dan kehormatan teks suci tersebut. Dari sinilah embrio seni kaligrafi Arab mulai tumbuh dan berkembang secara bertahap.
Masa Bani Umayyah
Pada masa kekhalifahan Umayyah, mulai muncul ketidakpuasan terhadap gaya Kufi yang dianggap terlalu kaku. Maka, diciptakanlah bentuk-bentuk baru seperti Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga), dan Ti’im (variasi bundar dan segitiga) yang memberikan fleksibilitas visual yang lebih besar.
Masa Bani Abbasiyah
Era Abbasiyyah dikelnal sebagai masa keemasan perkembangan kaligrafi. Ibnu Muqlah memperkenalkan metode penulisan berbasis proporsi geometris yang dikenal dengan sistem titik, alif, dan lingkaran. Inovasi ini dilanjutkan oleh Yaqut al-Musta’simi yang memperhalus bentuk huruf dan menambah estetika kaligrafi secara signifikan.
Pasca Masa Bani Abbasiyyah
Setelah era Abbasiyyah, kaligrafi terus mengalami perkembangan. Di wilayah barat dunia Islam, berkembang gaya Maghribi dan Kufi Barat, yang kemudian memunculka banyak cabang khat lainnya. Perkembangan ini dipengaruhu oleh perluasan wilayah Islam, peran aktif para penguasa dan ulama, serta kemajuan ilmu pengetahuan
Baca Juga: Sejarah Kaligrafi Islam: Dari Kufi Hingga Kontemporer
Jenis Khat yang Populer hingga Sekarang
Khat Kufi (Abad ke-7 M)

Khat kufi adalah gaya kaligrafi Arab tertua yang berasal dari kota Kufah, Irak. gaya ini mulai dikenal sekitar pertengahan abad ke-7 M pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Khat ini memiliki bentuk geometris, sudut tajam, dan struktur huruf yang kaku serta seringkali tanpa titik atau harakat
Khat kufi digunakan secara luas dalam penulisan mushaf al-Qur’an awal, prasasti batu, dan ornamen arsitektur seperti pada Masjid Umayyah di Damaskus. Khalid bin Abi al-Hayyag dianggap sebagai salah satu pelopor penyalin al-Qur’an dengan gaya Kufi.
Sumber: -Universitas Negeri Surabaya, FBS (2022) -Blair, Sheila S. Islamic Calligraphy. Edinburgh University Press, 2006
Khat Naskhi (Abad ke 9-10 M)

Khat Naskhi muncul sebagai penyempurnaan dari bentuk penulisan sebelumnya yang kaku, terutama untuk memenuhi kebutuhan dokumentasi dan penyalinan teks keagamaan. Ciri khasnya adalah huruf-huruf yang lebih bulat, kecil dan mudah dibaca, dengan struktur proporsional yang konsisten.
Naskhi menjadi khat utama dalam penyalinan mushaf al-Qur’an dan digunakan hingga saat ini dalam publikasi keislaman modern.
Siapa tokoh Utama di balik keindahan khat naskhi?
Ibnu Muqlah (w.940 M) merumuskan sistem penulisan proporsional berbasis alif, titik, dan lingkaran. Sistem ini dilanjutkan dan disempurnakan oleh Ibnu al-Bawwab (w. 1022 M), yang dikenal karena menyusun mushaf dengan keindahan artistik tinggi.
Sumber: -Wikipedia: Naskh script -Bloom, Jonathan M. & Blair, Sheila S. Islamic Arts. Phaidon, 1997
Khat Tsuluts

H. 1417 / M. 1996-1997 Hüsn-i Hat (Sülüs)
Khat Tsuluts (Thuluth) berasal dari pengembangan gaya sebelumnya, terutama sebagai respons terhadap kebutuhan dekoratif. Nama “tsuluts” berarti “sepertiga”, karena sepertiga ujung pena digunakan untuk membentuk huruf. Gaya ini dikenal dengan ukuran besar, goresan tebal, dan lengkungannya yang anggun.
Khat Tsuluts biasa digunakan dalam hiasan arsitektur masjid, kubah, mihrab, dan penulisan judul kitab
Siapa tokoh penting dibalik keindahan khat tsuluts?
Dimulai dari Ibnu Muqlah dan disempurnakan oleh kaligrafer Utsmani seperti Syeikh Hamdullah (w. 1887) dan Hafiz Osman (w. 1698), serta Mehmed Sevki Efendi (w. 1887) yang menyempurnakan komposisi modernnya.
Sumber: -Gündüz, Şinasi. The Influence of Ottoman Calligraphers. Turkish Studie -Blair, Sheila S. Islamic Calligraphy
Khat Riq’ah (Abad ke 16-17 M)

H. 1442 / M. 2021 Hüsn-i Hat (Rıka´, Kûfî) -https://ketebe.org/en/artwork/7569?ref=artworks
Khat Riq’ah merupakan bentuk tulisan yang muncul dari kebutuhan praktis di era Ottoman. Merupakan kombinasi dari elemen Naskh dan Tsuluts, gaya ini sederhana dan mudah dipelajari, dengan bentuk huruf yang kompak dan tidak dekoratif.
Digunakan untuk keperluan tulis-menulis harian, seperti surat pribadi, dokumen informal, dan pelabelan.
Tokoh dibalik keindahan Khat Riq’ah
Mumtaz Bek (abad ke-19) adalah tokoh yang memformalkan gaya Riq’ah modern, menjadikannya dasar penulisan tangan resmi di wilayah Turki dan Arab
Sumber: -Farghal, Muhammad. Arabic Calligraphy Styles, Jordan Press, 1993
Khat Farisi, Ta’liq, Nasta’liq (Abad ke 15-16 M)

H. 1222 / M. 1807-1808 Hüsn-i Hat (Nestâ’lîk) -https://ketebe.org/en/artwork/4950?ref=artworks
Gaya Farisi, yang dikenal juga dengan Ta’liq dan bentuk lanjutannya Nasta’liq, berasal dari Persia. Hurufnya seakan menggantung, memanjang ke bawah, dan penuh keindahan. Biasanya ditulis dengan kemiringan yang berbeda, yang mencerminkan sifat sastra dan puisi Persia.
Khat Farisi dahulu digunakan untuk manuskrip sastra, puisi klasik, dan dokumen estetik non-keagamaan
Siapa tokoh dibalik keanggunan khat farisi?
Mir Ali Tabrizi (abad ke 14-15) dianggap sebagai pencipta gaya Nasta’liq. Di era berikutnya, gaya ini dipopulerkan oleh kaligrafer Safawi dan Mughal
Sumber: -Welch, Anthony. Calligraphy in the Arts of the Muslim World, Asia Society, 1979 -Blair, Sheila S. Islamic Calligraphy
Khat Diwani (Abad ke-16 M)

H. 1443 / M. 2021-2022 Hüsn-i Hat (Divani) -https://ketebe.org/en/artwork/7734?ref=artworks
Khat Diwani dikembangkan di lingkungan istana Utsmani, gaya diwani ditandai oleh bentuk huruf yang padat, penuh titik hiasan, dan struktur melengkung yang saling mengunci.
Digunakan untuk dokumen resmi kerajaan, surat menyurat, serta pernyataan kekuasaan. Keunikan strukturnya membuatnya sulit dipalsukan.
Shahla Pasha dan Hafiz Osman menjadi pelestari gaya ini selama masa pemerintahan Utsmani.
Sumber: -Lemka: Ensiklopedi Kaligrafi Islam -Wikipedia: Diwani script
Khat Diwani Jali (Abad ke 17-19 M)

H. 1443 / M. 2021-2022 Hüsn-i Hat (Celi Divani) -https://ketebe.org/en/artwork/7876?ref=artworks
Versi “Jali” dari Diwani berarti “Jelas” atau “terbuka”. Ciri khasnya adalah padat, bertumpuk, dan sangat ornamental dengan banyak titik dan tazinat tambahan
Khat Diwani Jali dipakai dalam dokumen upacara resmi dan dekorasi istana
Siapa tokoh penting dibalik keindahan khat diwani jali?
Syeikh Muhammad Abdul Aziz al-Rifa’i dari Mesir serta kaligrafer kontemporer seperti Hasyim al-Baghdadi turut menghidupkan kembali keindahan Diwani Jali
Sumber: -Blair, Sheila S. -NU.or.id: Dari Sabah Menggali Misteri Khat Diwani Jali