Khat Tsuluts dalam Arsitektur Masjid

Dalam seni arsitektur Islam, kaligrafi tidak hanya berfungsi sebagai hiasan. Ia adalah bagian integral dari struktur spiritual dan visual bangunan suci. Salah satu gaya kaligrafi yang paling berpengaruh dan agung dalam sejarah peradaban Islam adalah Khat Tsuluts (Thuluth). Gaya kaligrafi ini telah menjadi elemen utama dalam memperindah kubah, mihrab, dan fasad masjid di berbagai belahan dunia sejak lebih dari 13 abad lalu.
Sejarah Singkat Khat Tsuluts

Khat Tsuluts berasal dari kata Arab tsuluts (ثلث) yang berarti “sepertiga”, merujuk pada ukuran pena kaligrafi yang digunakan, sepertiga dari lebar pena standar. Gaya ini dikembangkan pada abad ke-7 M, mengalami penyempurnaan besar pada era Kekhalifahan Abbasiyah oleh kaligrafer seperti Ibn Muqlah dan Ibn al-Bawwab, serta mencapai puncak estetika pada masa Utsmani melalui karya Syekh Hamdullah dan Hafiz Osman.
Khat Tsuluts dianggap sebagai “ibu dari segala khat” karena digunakan sebagai dasar pengembangan berbagai gaya kaligrafi lain. Gaya ini mengutamakan keselarasan proporsi, kemegahan bentuk, dan dinamika garis, membuatnya cocok untuk penempatan di ruang publik besar seperti masjid.
Karakteristik Visual Khat Tsuluts
- Bentuk huruf tinggi dan melengkung: Menunjukkan keanggunan dan spiritualitas
- Ekor huruf memanjang dan dramatis: Menciptakan ritme visual yang kuat
- Keseimbangan huruf: Memberi kesan stabil dan megah
- Kompleks namun mudah dibaca dari kejauhan: Sangat ideal untuk permukaan besar
Khat Tsuluts sering digunakan dalam penulisan ayat-ayat agung seperti Ayat Kursi, Surat Al-Fatihah, dan QS An-Nur:35. Kombinasi antara bentuk dan makna menjadikannya pilihan utama dalam mendesain identitas visual masjid.
Baca Juga: Islamic Calligraphy: History, Types, and Artistic Impact” – The Met Museum
Peran Khat Tsuluts dalam Arsitektur Masjid
Sebagai Identitas Spiritual
Penempatan ayat suci dengan gaya Tsuluts pada kubah utama, dinding mihrab, atau gerbang masjid menjadi bagian dari ruhaniyah visual yang menguatkan fungsi spiritual masjid.
Sebagai Ornamen Estetika
Dalam seni Islam yang menghindari representasi figuratif, kaligrafi menjadi elemen dekoratif utama. Khat Tsuluts menciptakan ornamen dinamis yang melengkapi elemen arsitektural seperti muqarnas, lengkungan, dan panel ukiran.
Sebagai Penanda Arah Ruang
Khat Tsuluts sering digunakan untuk menandai arah kiblat atau membingkai area imam dan mimbar. Hal ini memberikan kejelasan fungsional dalam tata ruang masjid.
Sebagai Sarana Dakwah Visual
Melalui pemilihan ayat-ayat tematik dan desain yang tepat, kaligrafi Tsuluts tidak hanya mempercantik bangunan, tapi juga menjadi bentuk penyampaian pesan dakwah yang kontemplatif.
Contoh Implementasi Khat Tsuluts
Berikut beberapa contoh penggunaan Khat Tsuluts dalam proyek kaligrafi masjid:




- Kubah Masjid Al-Manar, Temanggung – Ayat Kursi dilukis dengan Khat Tsuluts pada cincin masjid
- Dinding Masjid Al-Ukhuwwah, Bandung – Ayat Al-Quran dalam ukiran timbul ACP
Setiap implementasi menunjukkan bagaimana kaligrafi menjadi bagian yang menyatu dari desain arsitektur
Rekomendasi Penempatan Khat Tsuluts
Area Masjid | Tujuan |
---|---|
Kubah utama | Menonjolkan ayat besar seperti Ayat Kursi atau Al-Fatihah |
Dinding mihrab | Menandai arah kiblat dan pusat perhatian visual |
Fasad depan | Memberikan identitas masjid secara eksternal |
Balkon imam | Menambah elemen dekoratif yang menawan |
Panel interior | Mendukung desain tematik interior |